Kabupaten Rokan Hulu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
kabupaten Rokan Hulu
|
|
Lambang kabupaten Rokan Hulu |
|
Pemerintahan
|
|
- DAU
|
Rp. 528.854.782.000.-(2013)[1]
|
Luas
|
7.449.85 km²
|
Populasi
|
|
- Total
|
475.011 jiwa (2010)
|
- Kepadatan
|
115.887 jiwa
|
Demografi
|
|
Pembagian administratif
|
|
16
|
|
143
|
|
- Situs web
|
Kabupaten Rokan
Hulu adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Dijuluki Negeri
Seribu Suluk. Ibu
kotanya berada di Pasir
Pengaraian.
Daftar isi
- 1 Penduduk
- 2 Tempat wisata
- 3 Pahlawan Nasional dari Rokan Hulu
- 4 Bandar udara
- 5 Keadaan geografis
- 6 Kecamatan di Rokan Hulu
- 7 Peninggalan Bersejarah di Rokan Hulu
- 8 Pemekaran daerah
- 9 Referensi
- 10 Pranala luar
Penduduk
Jumlah penduduk
kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2010 adalah 475.011 jiwa. Mayoritas penduduk
asli kabupaten Rokan Hulu adalah termasuk salah satu bagian dari Rumpun
Minangkabau. Menurut sejarahnya, dahulu daerah Rokan Hulu disebut Rantau Rokan
atau Luhak Rokan Hulu karena merupakan daerah perantauan orang-orang
Minangkabau pada masa lalu (Rantau nan Tigo Jurai). Pada masa itu diistilahkan
sebagai ‘Rantau Nan Tigo Kabuang Aie’ yakni Rantau Timur Minangkabau di sekitar
Kampar dan Kuantan sekarang. Daerah-daerah tersebut meliputi daerah alur sungai
menuju hilir dari sungai-sungai besar yang mengalir ke Pesisir Timur.
Diantaranya adalah Sungai Rokan, Kampar dan Inderagiri (Kuantan), yang kini
kesemuanya masuk di dalam Provinsi Riau. Dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat Rokan Hulu menggunakan adat istiadat dan bahasa daerah yang termasuk
varian Rumpun Budaya Minangkabau. Utamanya mirip dengan daerah Rao dan Pasaman
di Provinsi Sumatera Barat dengan Persukuan, Molayu/Melayu, Kandang
Kopuah, Bonuo, Ampu, Pungkuik, Moniliang/Mandahiliang, Kuti, Caniago, Piliang, Domo, Potopang/Petopang, Maih,
Soborang, Anak Rajo-rajo, Non Soatuih, Non Limo Puluh, Molayu Tigo Induk,
Molayu Panjang, Molayu Tongah, Ompek Induk, Molayu Bosa, Bono Ampu, Molayu
Ompek Induk, Molayu Pokomo, Piliang Kecil, Domo Kecil, Molayu Kecil, Molayu
Bawah, Molayu Bukik, Aliantan, Suku Tengku Panglimo Bosa, Suku Maharajo Rokan,
Suku Tengku Bosa, Suku Maharajo, dan Bendang.
Di sekitar
daerah perbatasan bagian Timur dan Tenggara, bermukim pula sedikit Suku Melayu
yang memiliki adat istiadat dan bahasa daerah mirip dengan tetangganya di Rokan
Hilir dan Bengkalis. Namun di sekitar Rokan Hulu sebelah Utara dan Barat Daya,
ditemukan penduduk asli yang memiliki kedekatan sejarah dengan etnis Rumpun
Batak di daerah Padang Lawas di Provinsi Sumatera Utara. Mereka telah mengalami
proses Melayunisasi sejak berabad yang lampau, dan tidak banyak meninggalkan
jejak sejarah untuk ditelusuri. Mereka umumnya mengaku sebagai orang Melayu.
Selain itu juga
banyak penduduk bersuku Jawa yang datang lewat program transmigrasi nasional
sejak masa kemerdekaan maupun keturunan para perambah hutan asal Jawa yang
masuk pada masa penjajahan lewat Sumatera Timur. Mereka tersebar di seluruh
wilayah Rokan Hulu, terutama di sentra-sentra lokasi transmigrasi dan juga di
areal perkebunan sebagai tenaga buruh. Juga banyak bermukim para pendatang asal
Sumatera Utara bersuku Batak yang umumnya bekerja di sektor jasa informal dan
perkebunan. Di daerah-daerah perniagaan ditemukan banyak penduduk pendatang
bersuku Minangkabau asal Sumatera Barat yang umumnya bekerja sebagai pedagang.
Selain itu juga didapati berbagai etnis Indonesia lainnya yang masuk kemudian
sebagai pendatang. Pada umumnya mereka bekerja sebagai buruh pada sektor
perkebunan.
Tempat wisata
- Air Panas Hapanasan Haiti
- Air Panas Pawan
- Goa Sikafir Pawan
- Rumah Batu Serombou
- Bendungan Sipogas
- Benteng Tujuh Lapis
- Istana Rokan
- Air Terjun Aek Martua
- Bukit Suligi
- Rura Limbat, Air Terjun Tersembunyi di Bangunpurba
Pahlawan Nasional dari Rokan Hulu
Tuanku
Tambusai adalah salah
seorang tokoh pejuang dari Rokan Hulu dalam Perang Paderi di awal abad ke XIX. Pada masa itu
daerah Rokan Hulu masih bagian integral dari wilayah Minangkabau di bawah
kekuasaan Kerajaan Pagaruyung. Setelah jatuhnya Benteng
Bonjol dan penangkapan terhadap Tuanku Imam Bonjol
pada tahun 1837, maka perjuangan kaum Paderi dilanjutkan oleh Tuanku Tambusai.
Tuanku Tambusai sebagai panglima terakhir yang masih tersisa bersama sisa
laskar Paderi bertahan di benteng terakhir kaum Paderi di daerah Dalu-Dalu
Rokan Hulu. Benteng ini pun akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1838
setelah digempur selama hampir 1 tahun. Dengan jatuhnya benteng tersebut,
berakhirlah era Perang Paderi di seluruh wilayah adat Minangkabau.
Bandar udara
Keadaan geografis
- Letak Geografis 00 25' 20 derajat LU - 010 25' 41 derajat LU dan 1000 02' 56 derajat - 1000 56' 59 derajat BT
- Luas 7.449.85 km²
Kabupaten Rokan
Hulu memiliki wilayah yang terdiri dari 85% daratan dan 15% daerah perairan dan
rawa. Secara geografis daerah ini berbatas dengan wilayah sebagai berikut:
Di kabupaten
Rokan Hulu terdapat beberapa sungai, 2 diantaranya
adalah sungai yang cukup besar yaitu Sungai Rokan Kanan dan
Sungai Rokan Kiri. Selain
sungai besar tersebut, terdapat juga sungai-sungai kecil antara lain Sungai Tapung, Sungai Dantau, Sungai Ngaso, Sungai Batang Lubuh, Sungai Batang
Sosa, Sungai Batang Kumu, Sungai Duo (Langkut), dan lain-lain.
Kecamatan di Rokan Hulu
- Bangun Purba
- Kabun
- Kepenuhan
- Kunto Darussalam
- Rambah
- Rambah Hilir
- Rambah Samo
- Rokan IV Koto
- Tambusai
- Tambusai Utara
- Tandun
- Ujungbatu
- Pagaran Tapah Darussalam
- Bonai Darussalam
- Kepenuhan Hulu
- Pendalian IV Koto
Peninggalan Bersejarah di Rokan Hulu
- Benteng tujuh lapis Dalu-dalu.
- Makam Raja-Raja Rambah.
- Istana Rokan.
Pemekaran daerah
Usul tentang
pembentukan kabupaten Rokan Darussalam pemekaran dari kabupaten Rokan Hulu
belum layak dimekarkan karena syarat-syaratnya yang ditentukan dalam undang
undang belum terpenuhi.[2]
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Rokan_Hulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar