Kabupaten Indragiri Hilir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Kabupaten Indragiri Hilir
|
|
Dasar hukum
|
|
Tanggal
|
20 November 1965
|
Pemerintahan
|
|
- Bupati
|
Drs H.M. Wardan, MP
|
H. Rosman Malomo, SH, MH
|
|
- DAU
|
Rp773.041.103.000,-(2013)[2]
|
Luas
|
11.606 km2
|
Populasi
|
|
- Total
|
685.530 jiwa 2013
|
- Kepadatan
|
59 jiwa/km2
|
Demografi
|
|
- Bahasa
|
|
0768
|
|
Pembagian administratif
|
|
20
|
|
- Situs web
|
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 1.1 Periode Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
- 1.1.1 Kerajaan Keritang
- 1.1.2 Kerajaan Kemuning
- 1.1.3 Kerajaan Batin Enam Suku
- 1.1.4 Kerajaan Indragiri
- 1.2 Masa penjajahan Belanda
- 1.3 Masa pendudukan Jepang
- 1.4 Periode setelah berdirinya Indonesia
- 1.5 Pemekaran Kabupaten Indragiri
- 2 Daftar kecamatan
- 3 Potensi daerah
- 4 Referensi
- 5 Pranala luar
Sejarah
Untuk melihat
latar belakang sejarah berdirinya Kabupaten Indragiri
Hilir sebagai salah satu daerah otonom dapat ditinjau dalam dua periode,
yaitu periode sebelum kemerdekaan dan periode sesudah kemerdekaan Republik Indonesia.
Periode Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
Kerajaan ini
didirikan sekitar awal abad ke-6 yang berlokasi di wilayah Kecamatan Keritang sekarang. Seni
budayanya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana
terlihat pada arsitektur bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri
Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton Gunung Tujuh. Peninggalan kerajaan ini yang
masih dapat dilihat hanya berupa puing-puing.
Kerajaan
Kemuning didirikan oleh Raja Singapura ke-V, Raja Sampu atau Raja Iskandarsyah
Zulkarnain atau Prameswara. Tahun 1231 diangkat seorang raja muda yang bergelar
Datuk Setiadiraja. Letak kerajaan ini diperkirakan berada di Desa Kemuning Tua
dan Desa Kemuning Muda. Bukti peninggalan kerajaan berupa selembar besluit dengan
cap stempel kerajaan, bendera dan pedang kerajaan.
Pada tahun
1260, di daerah Indragiri Hilir bagian utara, yaitu di daerah Gaung Anak Serka, Batang Tuaka, Mandah dan Guntung dikuasai oleh
raja-raja kecil bekas penguasa kerajaan Bintan, yang karena
perpecahan sebagian menyebar ke daerah tersebut. Di antaranya terdapat Enam
Batin (Kepala Suku) yang terkenal dengan sebutan Batin Nan Enam Suku, yakni:
- Suku Raja Asal di daerah Gaung.
- Suku Raja Rubiah di daerah Gaung.
- Suku Nek Gewang di daerah Anak Serka.
- Suku Raja Mafait di daerah Guntung.
- Suku Datuk Kelambai di daerah Mandah.
- Suku Datuk Miskin di daerah Batang Tuaka.
Kerajaan Indragiri diperkirakan berdiri tahun 1298 dengan raja pertama
bergelar Raja Merlang I berkedudukan di Malaka. Demikian
pula dengan penggantinya Raja Narasinga I dan Raja Merlang II, tetap
berkedudukan di Malaka,
sedangkan untuk urusan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Patih atau Perdana
Menteri. pada tahun 1473, sewaktu Raja Narasinga II yang bergelar Paduka
Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan
Indragiri IV), dia menetap di ibu kota kerajaan yang berlokasi di Pekan Tua sekarang.
Pada tahun
1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat. dalam masa
pemerintahan Sultan Ibrahim ini, Belanda mulai campur tangan terhadap kerajaan dengan
mengangkat Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap dengan
batas wilayah ke Hilir sampai dengan batas Japura.
Selanjutnya,
pada masa pemerintahan Sultan Isa, berdatanganlah orang - orang dari suku Banjar
dan suku Bugis sebagai akibat
kurang amannya daerah asal mereka. Khusus untuk suku Banjar,
perpindahannya akibat dihapuskannya Kerajaan
Banjar oleh Gubernement pada tahun 1859 sehingga terjadi peperangan
sampai tahun 1863.
Masa penjajahan Belanda
Pejabat
kolonial dan keluarganya di Indragiri Hilir
Dengan adanya tractaat
Van Vrindchaap (perjanjian perdamaian dan persahabatan) tanggal 27
September 1938 antara Kerajaan Indragiri dengan Belanda, maka
Kesultanan Indragiri menjadi Zelfbestuur. berdasarkan ketentuan tersebut, di
wilayah Indragiri Hilir ditempatkan seorang Controlleur yang membawahi 6 daerah
keamiran, yaitu:
- Amir Tembilahan di Tembilahan.
- Amir Batang Tuaka di Sungai Luar.
- Amir Tempuling di Sungai Salak.
- Amir Mandah dan Gaung di Khairiah Mandah.
- Amir Enok di Enok.
- Amir Reteh di Kotabaru.
Controlleur memegang
wewenang semua jawatan, bahkan juga menjadi hakim di pengadilan wilayah ini
sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri terus dipersempit sampai dengan
masuknya Jepang tahun 1942.
Masa pendudukan Jepang
Balatentara Jepang memasuki Indragiri Hilir pada tanggal
31 Maret 1942 melalui Singapura terus ke Rengat. Tanggal 2
April 1942 Jepang menerima penyerahan tanpa syarat dari pihak Belanda yang
waktu itu dibawah Controlleur K. Ehling. Sebelum tentara Jepang mendarat untuk
pertama kalinya di daerah ini dikumandangkan lagu Indonesia Raya
yang dipelopori oleh Ibnu Abbas.
Pada masa
pendudukan Jepang
ini Indragiri Hilir dikepalai oleh seorang Cun Cho yang berkedudukan di Tembilahan
dengan membawahi 5 Ku Cho, yaitu:
- Ku Cho Tembilahan dan Tempuling di Tembilahan.
- Ku Cho Sungai Luar.
- Ku Cho Enok.
- Ku Cho Reteh.
- Ku Cho Mandah.
Pemerintahan Jepang di Indragiri
Hilir sampai bulan Oktober 1945 selama lebih kurang 3,5 tahun.
Periode setelah berdirinya Indonesia
Pada awal
kemerdekaan Indonesia,
Indragiri (Hulu dan Hilir) masih merupakan satu kabupaten. Kabupaten
Indragiri ini terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu Kewedanaan Kuantan
Singingi dengan ibu
kotanya Teluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri
Hulu dengan ibu kotanya Rengat dan Kewedanaan Indragiri Hilir dengan ibu kotanya
Tembilahan.
Kewedanaan
Indragiri Hilir membawahi 6 wilayah yaitu:
- Wilayah Tempuling/Tembilahan.
- Wilayah Enok.
- Wilayah Gaung Anak Serka.
- Wilayah Mandah/Kateman.
- Wilayah Kuala Indragiri.
- Wilayah Reteh
Perkembangan
tata pemerintahan selanjutnya, menjadikan Indragiri Hilir dipecah menjadi dua
kewedanaan masing-masing:
Kewedanaan Indragiri Hilir Utara
Ibu kotanya
berada di Tembilahan, terbagi atas:
- Kecamatan Tempuling.
- Kecamatan Tembilahan.
- Kecamatan Gaung Anak Serka.
- Kecamatan Mandah.
- Kecamatan Kateman.
- Kecamatan Kuala Indragiri.
Kewedanaan Indragiri Hilir Selatan
Ibu kotanya
berada di Enok, terbagi atas:
- Kecamatan Enok.
- Kecamatan Reteh.
Pemekaran Kabupaten Indragiri
Merasa
persyaratan administrasinya terpenuhi maka masyarakat Indragiri Hilir memohon
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Riau, agar Indragiri
Hilir dimekarkan menjadi kabupaten Daerah Tingkat II yang berdiri sendiri (otonom).
Setelah melalui
penelitian, baik oleh Gubernur maupun Departemen Dalam Negeri, maka pemekaran
diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Riau (Provinsi Riau)
tanggal 27 April 1965 nomor 052/5/1965 sebagai Daerah Persiapan Kabupaten
Indragiri Hilir.
Pada tanggal 14
Juni 1965 dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 1965 Lembaran Negara
Republik Indonesia
no. 49, maka Daerah Persiapan Kabupaten Indragiri Hilir resmi dimekarkan
menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hilir (sekarang Kabupaten
Indragiri Hilir) yang berdiri sendiri, yang pelaksanaannya terhitung tanggal 20
November 1965.
Daftar kecamatan
- Batang Tuaka
- Concong
- Enok
- Gaung
- Gaung Anak Serka
- Kateman
- Kempas
- Kemuning
- Keritang
- Kuala Indragiri
- Mandah
- Pelangiran
- Pulau Burung
- Reteh
- Sungai Batang
- Tanah Merah
- Teluk Balengkong
- Tembilahan
- Tembilahan Hulu
- Tempuling
Potensi daerah
Pertanian
Dengan potensi
sumber daya alam yang berlimpah dan letak geografis yang sangat strategis,
Indragiri Hilir terus memacu diri mengembangkan kawasannya menjadi salah satu
pusat pertumbuhan ekonomi Riau dan pusat pertumbuhan kebudayaan ekonomi Riau dan Pusat
kebudayaan Melayu
di Asia
Tenggara.
Sebagai
Kabupaten tumbuh dan berkembang pada gerbang selatan provinsi Riau yang bersebelah
dan menjadi hinderland Malaysia dan Singapura, serta selangkah dari pusat
pertumbuhan Batam
dan Bintan,
masuknya investor. Potensi sumber daya alam Indragiri Hilir harus dikelola
industri-industri hilir yang bermanfaat bagi daerah dan masyarakat. Untuk itu
pemerintah Kabupaten
harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur guna memudahkan hadirnya para
investor lokal, regional
bahkan intenasional.
Pemerintah Indragiri
Hilir akan memberikan pelayanan terbaik yang diperlukan oleh calon penanam
modal itu. Salah satu diantaranya adalah memberikan pelayanan terpadu satu
pintu yang di kenal sebagai One Door Service. Dengan One Door Service
calon investor akan mendapat pelayanan memuaskan, sejak dari informasi peluang
bisnis. Sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam serta menyimpan berbagai
potensi ekonomi, Indragiri Hilir menjanjikan banyak kemungkinan pada masa
depan. Didukung letak geografis yang strategis serta ditunjang tersedianya
berbagai infrastruktur dan kebijakan pemerintah yang positif daerah ini
merupakan lahan investasi yang layak diperhitungkan dalam era ekonomi global.
Untuk menunjang
percepatan pertumbuhan ekonomi dan mempermudah investasi, pemerintah daerah
telah membangun berbagai infrastruktur terutama yang berkaitan dengan sektor
pertanian.
Potensi lahan
basah (pasang surut) untuk persawahan di Kabupaten Indragiri Hilir seluas ±
57.642 ha, yang belum dimanfaatkan seluas ± 23.965 ha dan yang sudah
dimanfaatkan seluas ± 33.677 ha. Dengan produksi padi 127.369,48 GKG. Untuk
potensi pengembangan lahan kering seluas ± 169.000 ha, yang belum dimanfaatkan
seluas ± 84.648 ha dan yang telah dimanfaatkan
seluas ± 74.136
ha, dipergunakan untuk pengembangan palawija dengan luas areal ± 13.476 ha,
dengan produksi 1.448 ton dan buah-buahan dengan luas ± 1.247 ha, dengan
produksi 27.958,04 ton, sayur-sayuran dengan luas ± 1.247 ha, dengan produksi
1.448 ton dan buah-buahan dengan luas ± 5.320,80 ha, dengan produksi 82.105,38
ton.
Perkebunan
Kebun Kelapa
identik dengan Indragiri Hilir dan Indragiri Hilir adalah sentra kebun kelapa
paling luas di Indonesia, menjadi hamparan kebun kelapa dunia. Di sini
pohon-pohon kelapa tumbuh dengan suburnya dari lahan-lahan yang semula hutan
rawa-rawa.
Sebagai negara
pemilik kebun kelapa terluas di dunia, Indonesia
mempunyai perkebunan seluas 3,7 juta hektare yang tersebar di kepulauan kelapa.
Wilayah Kateman atau yang lebih di kenal
dengan sebagai Sungai Guntung adalah Kecamatan yang memiliki kebun kelapa paling luas
disana. Kebun-kebun ini adalah milik PT. Pulau Sambu, sebuah
perusahaan agrobisnis
yang memiliki kebun sekaligus pabrik minyak kelapa di Indragiri Hilir.
Kebun kelapa
disana dikelola secara profesional. Hamparan kebun itu bukan hanya subur,
produktif dan dihandalkan, tapi juga indah mengasyikan. Kebun Kelapa Guntung sudah
menjadi objek wisata atau agrowisata yang luar biasa. Dan inilah kebun kelapa
raksasa dan daya tarik wisata yang tiada tara. Kabarnya disekitar pantai akan
dibuat badan jalan, sepanjang tepi kanal dan tanggul akan dapat dilalui
kendaraan.
yang kedua
adalah perkebunan kelapa sawit, indonesia merupakan penghasil minyak kelapa
sawit terbesar di dunia sebagian besar kelapa sawit indonesia berasal dari
perkebunan di indragiri hilir, karena semakin murahnya harga kelapa (biasa) di
indragiri hilir petani kelapa di inhil banyak yang beralih menjadi petani
kelapa sawit hasilnya inhil sekarang menjadi daerah yang terkenal dengan
kelapasa sawitnya
Panjang kanal
disambung-sambung akan mencapai 32.000 kilometer Luar biasa! itulah potret
sekilas Negeri Sejuta Kelapa di Negeri Seribu Parit ini.
Peternakan
Potensi lahan
yang dapat dikembangkan untuk usaha ternak pada sub sektor peternakan seluas ±
225.863 ha, dengan daya tampung ± 902.452 ekor dipergunakan untuk ternak besar
(sapi). Adapun jumlah ternak besar saat ini ± 11.678 ekor dan ternak kecil
(kambing dan domba) ± 30.862 ekor, sedangkan untuk kebutuhan daging di
Kabupaten Indragiri Hilir ± 2.995.744 ton dan kebutuhan telur ±
1.671.054 kg.
Yang mampu
dihasilkan usaha peternakan untuk daging ± 45% dan untuk telur ± 35.31%, maka
peluang potensi pengembangan pasar lokal untuk daging dan telur sangat cukup
terbuka.
Perikanan
Program
kerjapembangunan perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir telah mengacu pada 4
(empat)usaha pokok, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi,serta terus
meningkatkan peranan perusahaan swasta dalam dunia perikanan dalam rangka
pemerataan dan peningkatan pendapatan nelayan/petani ikan melalui peningkatan
produksi dan produktifitas usaha, memenuhi kebutuhan konsumen ikan dalam
negeri, penyediaan bahan baku industri dan peningkatan ekspor. Disamping itu
sekaligus dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha serta penyerapan
tenaga kerja dengan tetap menjaga sumber daya dan lingkungan hidup perairan.
Mengacu kepada
tujuanpembangunan perikanan Riau dengan
memperhatikan kondisi dan potensi perikanan didaerah ini, maka program kerja
pembangunan perikanan Indragiri Hilir dirumuskan sebagai berikut:
- Peningkatan produksi dan produktifitas nelayan serta pengembangan usaha budidaya pertambakan dalam rangka peningkatan pendapatan.
- Peningkatan institusi pemasaran dan pemerataan distribusi perikanan untuk mempermudah suplai ikan bagi masyarakat yang bermukim di pedalaman.
- Peningkatan ekspor sekaligus menekan impor komoditas perikanan.
- Pemanfataan seefesien mungkin serta pemeliharaan kelestarian sumber daya dan lingkungan perairan.
- Meningkatkan peranan sub sektor perikanan dalam kegiatan dan pembangunan pedesaan terutama dalam hal menciptakan peluang bekerja dan berusaha.
Evaluasi
pelaksanaan tugas sub sektor perikanan Indragiri Hilir disusun berdasarkan
realisasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Indragiri Hilir serta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh nelayan/petani ikan di daerah ini
sehingga akan tergambarpencapaian sasaran target berdasarkan yang telah
diprogramkan.
Luas lahan
potensial untuk usaha pengembangan budidaya air payau (tambak) sekitar 13.000
hektare, sedangkan untuk budidaya air tawar (kolam) sekitar 1.657 Ha. Jumlah
penduduk yang berusaha di bidang perikanan baik secara langsung maupun tidak
langsung/sambilan.
Pertambangan
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi
- (Indonesia) Inhil Community
- (Indonesia) [1]
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Indragiri_Hilir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar